Sabtu, 10 Desember 2011

Buka Isolasi Warga dengan Jembatan Gantung

KPP Samaturu Raih Penghargaan Menkokesra

JAKARTA, FAJAR -- Runtuhnya jembatan Tenggarong, baru-baru ini, telah mengusik kita, betapa pentingnya sebuah pemeliharaan infrastruktur. Selama ini, pemeliharaan seolah-olah hanya tanggung jawab pemerintah, namun masyarakat Sinjai telah mematahkan anggapan itu.


INI sangat disadari masyarakat di Desa Arabika, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Sebuah desa dengan penduduk yang mayoritas petani, justru telah menerapkan prinsip pemeliharaan infrastruktur di desanya sejak lama. Ini pulalah yang mengantarkan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) Samaturu meraih penghargaan sebagai KPP terbaik nasional oleh Menkokesra, HR Agung Laksono pada penutupan PNPM Mandiri di Hotel Sultan kemarin.

Penghargaan ini, diterima Ketua KPP Samaturu, Samtuo Jaya. Usai menerima penghargaan, Samtuo mengatakan, penghargaan tersebut merupakan penghargaan untuk seluruh masyarakat Desa Arabika. KPP, sebut dia adalah suatu lembaga yang dibentuk masyarakat yang bertujuan memelihara prasarana yang telah dibangun di desa. Hal ini dimaksudkan agar manfaat yang dapat diterima masyarakat tetap optimal dan berkelanjutan dalam rangka menuju peningkatan kemaslahatan, baik ekonomi maupun sosialnya.

Beberapa hasil yang dicapai KPP tersebut di antaranya, masyarakat dapat menikmati air bersih yang berkelanjutan, irigasi, dan jalan tani, sehingga membuka daerah dari keterisolasian. Menurutnya, dengan adanya irigasi, produksi meningkat dari 4,5 ton menjadi 6,5 ton per satu kali panen, pemeliharaan ikan melalui mina padi, sebagian kecil sawah yang sebelumnya hanya bisa ditanami sekali setahun menjadi dua kali setahun. Bahkan, dapat ditanami palawija seperti, buncis, kacang panjang, wortel, tomat, bawang, kol dan lain-lain.

Demikian pula dengan jalan usaha tani. Kemudahan pengangkutan produksi dari areal sawah atau kebun yang sebelumnya memerlukan waktu kurang lebih tiga hari sehingga menimbulkan kerusakan dan  menurunkan kualitas hasil, sehingga harga jualnya lebih rendah. Saat ini, waktu yang diperlukan tinggal setengah hari, karena kendaraan roda empat bisa langsung angkut, sehingga kualitasnya tetap terjaga dan harga jualnya lebih tinggi serta biaya angkut jadi lebih rendah.

Samtuo juga mengungkapkan, dari pelayanan kesehatan, masyarakat menjadi lebih meningkat dengan hadirnya posyandu. Untuk sarana air bersih, sebelumnya mesyarakat mengambil air di tempat tertentu yang lokasinya cukup jauh dan curam dengan jarak  500 meter hingga dua kilometer. Namun dengan telah terbangunnya prasarana air bersih (perpipaan gravitasi) masyarakat yang kurang mampu sisa mengambil air pada lokasi yang jaraknya 200 meter. Sedangkan bagi yang mampu mengadakan pipa bisa dilayani langsung ke rumahnya dengan besaran iuran yang berbeda.

Sumber dana, kata Samtuo, mereka peroleh dari pengelolaan air bersih, upah hasil kerja dengan pihak ketiga (perorangan, swasta dan pihak ketiga), pengelolaan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), pengelolaan irigasi, hasil pengelolaan kompos, sumbangan material, maupun dana dari pengusaha angkutan, khususnya prasarana umum seperti, jalan dan jembatan pada saat dilakukan pemeliharaan. "Semua dikelola secara transparan melalui musyawarah dan pembukuan yang dapat diakses semua pihak. Dari tahun ke tahun selalu diupayakan adanya peningkatan pelayanan bagi masyarakat dan pengelolanya diberikan insentif sesuai kemampuan keuangan yang ada," ujar Samtuo.

Asisten Teknik Kabupaten (ATK) PNPM Pisew Kabupaten Sinjai, Ir Andi Amar yang mendampingi Samtuo mengatakan, kehadiran jembatan dengan panjang 82 meter ini, sebagai sarana penghubung masyarakat Dusun Tonrong dan Laha-laha Sinjai dan Dusun Bora, Kabupaten Bone ke pasar dan ke kota untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti gula, garam dan bahan toko lainnya.

Selain itu, lanjutnya, sebagai prasarana penghubung untuk kebutuhan sosial ekonomi lainnya  ke kota kecamatan dan kabupaten. Dengan berfungsinya jembatan ini, akan memperpendek waktu tempuh bagi petugas pelayanan kesehatan dan petugas lainnya melayani masyarakat di dua dusun tersebut yang sebelumnya harus ditempuh enam jam dengan jalan kaki karena lewat dusun terasa dengan kondisi jalan rusak dan banyak sungai yang belum ada jembatan, setelah selesainya jembatan gantung tersebut maka dapat ditempuh sejam dengan melewati jalur Turungan Baji, Dusun Soppeng.

"Bahkan, mampu menekan biaya transportasi petani yang dulunya, biaya ojek ke pasar sebelumnya Rp50.000, setelah adanya jembatan turun menjadi Rp10.000," ujar Amar.

Amar menambahkan, jembatan tersebut dibangun dengan partisipasi seluruh masyarakat yang akan menggunakan, tanpa melihat batas wilayah. Seluruh potensi berupa tenaga kerja bisa sampai 20 orang dikerahkan turun bekerja secara bergantian termasuk ibu-ibu, dana, material sehingga volume pekerjaan jauh melebihi dari biaya yang sesungguhnya yaitu berupa penambahan volume beton, sling utama yang lebih besar dari rencana.

Menko Kesejahteraan Rakyat HR Agung Laksono mengatakan, PNPM Mandiri merupakan salah satu program unggulan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan. Tahun 2011 ini merupakan tahun kelima pelaksanaan PNPM Mandiri sejak ditetapkan sebagai program nasional yang merupakan program penguatan dan perluasan dari program pengembangan kecamatan (PPK) dan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Untuk 2012, pemerintah kembali mengalokasikan dana untuk PNPM. Jumlah dana yang dialokasikan pemerintah dalam PNPM Mandiri 2012, akan meningkat dari Rp11 triliun menjadi Rp15 triliun. (asw)

Sumber Berita : PNPM Mandiri ORG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar